BAB VIII
AQIDAH
8.
Meningkatkan keimanan kepada Qadha’
dan Qadhar
8.1
Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada Qadha dan Qadhar
8.2
Menerapkan hikmah beriman kepada Qadha dan Qadhar
IMAN KEPADA QADHA DAN QADHAR
A.
Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadhar
Menurut bahasa, Qadha memiliki
beberapa pengertian, yaitu : hukum, ketetapan, perintah, kehendak,
pemberitahuan, atau penciptaan. Menurut istilah aqidah, Qadha adalah ketentuan atau aturan dari Allah swt. Sedangkan arti Qadhar menurut bahasa adalah kepastian,
peraturan, dan ukuran. Adapun pengertian menurut istilah aqidah adalah
perwujudan dari ketentuan-ketentuan Allah swt. Yang telah ada sejak zaman
ajali.
Sebagaimana firman Allah swt dalam
Q.S. Al-Hadid : 22
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa
di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam
kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.”
Beriman kepada Qadha dan Qadhar, artinya mempercayai dan meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah swt. telah menentukan semua ketentuan-ketentuan
mengenai apa saja yang harus diwujudkan kepada makhluknya dan melaksanakannya
sesuai dengan ketentuan tersebut. Artinya, Allah telah menentukan terhadap
makhluknya atas segala sesuatu yang akan terjadi, baik di dunia maupun di
akhirat. Rencana dan ketentuan ini hanya Allah yang membuat, oleh karena itu
hanya Allah yang mengetahuinya.
Dalam hal ini Allah berfirman dalam Q.S. Al-An’am : 57
Katakanlah: "Sesungguhnya aku
berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu
mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan
kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang
sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik".
Qadhar merupakan pelaksanaan dari rencana Allah atau sering juga disebut
takdir, yaitu ketentuan Allah swt. yang telah berlaku atau telah terjadi.
Takdir selalu sesuai dengan apa yang telah menjadi Qadha atau undang-undang
ketentuan Allah (sunnatullah). Hidup, mati, rezeki, dan jodoh seseorang adalah
contoh takdir Allah swt.
Karena itu walaupun setipa manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti
bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha atau berikhtiar.
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak akan datang
sendirinya.
Sebagaimana firman Allah swt. dalam Q.S. Al- Qamar : 49
“Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu menurut ukuran.”
B.
Hubungan
Qadha dan Qhadar dengan Ikhtiar dan Tawakal
Terjadinya atau tidak terjadinya sesuatu itu pasti ada sebabnya. Ada sebab
yang merupakan gharizah ( insting bakat pembawaan lahir), seperti perasaan
lapar yang menyebabkan kita makan, mengantuk menyebabkan kita tidur, dan
sebagianya. Gharizah itu tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih
selain untuk memenuhi keinginannya.
Ada lagi sebab yang merupakan hasil ikhtiar kita sendiri. Seperti ketekunan
dan keuletan kita belajar menyebabkan kita banyak ilmu. Kiata memilih kebiasaan
bekerja keras dan tekun belajar menyebabkan kita menjadi orang kaya dan
sebagainya. Akan tetapi jumlah kekayaan dan mutu ilmu pengetahuan yang
diperolah tergantung pula pada kekuatan daya pilih (ikhtiar) dan kecerdasan
yang diberikan Allah swt. sesuai dengan ketentuan Qadha dan Qadhar.
Mengenai hubungan antara Qadha dan Qadhar dengan ikhtiar ini, para ulama
berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam:
- Takdir Muallaq
Yaitu takdir
yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
Contoh : Jika seorang ingin lulus dalam ujian, maka ia
harus belajar bersungguh-sungguh.
- Takdir Mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak
dapat diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar lagi oleh manusia.
Contoh :
Kematian.
C.
Fungsi Iman
kepada Qadha dam Qadhar
Beriman kepada Qadha dan Qadhar mengandung beberapa fungsi, di antaranya:
- Tawadu, artinya tidak sombong ketika memperolah kebahagiaan atau keberhasilan cita-citanya. Kebahagiaan dan keberhasilan cita-cita itu sudah ditentukan oleh Qadha dan Qadhar Allah, tidak hanya dari hasil ikhtiar dan usaha sendiri.
- Tidak mudah putus asa jika mengalami kegagalan. Kita sadar bahwa manusia hanya berusaha atau berikhtiar dan usaha sendiri.
- Mendorong diri untuk bertawakal setelah berikhtiar. Kemampuan manusia berikhtiar sangatlah terbatas. Setelah berikhtiar sekuat tenaga, maka bertawakallah kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya semoga ikhtiar kita berhasil sesuai dengan apa yang tertulis dalam laulul mahfudz.
- Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah swt. kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia untuk mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap makhlik Allah seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas.
- Menenangkan jiwa. Oarang yang beriman kepada Qadha dan Qadhar senatiasa mengalami ketenaganga jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa puas dengan apa yang ditentukkan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Sebagiman firman Allah dalam Q.S. Al-Fajr : 27-30
“Wahai jiwa yang tenang.(27), Kembalilah kepada
Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.(28), Maka masuklah ke dalam
jama'ah hamba-hamba-Ku,(29), masuklah ke dalam surga-Ku.(30).”
okk fikss,,,!!!!thanks pak guru,,,
BalasHapus