BAB XII
TARIKH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
STANDAR
KOMPETESI
12. Memahami
Perkembangan Islam Di Dunia
KOMPETENSI
DASAR
12.1
Menjelaskan Perkembangan Islam Di Dunia
12.2
Menampilkan Contoh Perkembangan Islam Di Dunia
12.3
Mengambil Hikmah Dari Perkembangan Islam Di Dunia
A.
Perkembangan
Pemikiran Islam di Dunia
Satu demi satu kekuasaan Islam jatuh ke tangan bangsa
Barat yang giat menyebarkan agama Kristen pada abad XVIII-XIX M. Umat Islam
baru merasakan betapa berat penderitaan yang dialami di bawah penjajahan bangsa
Barat. Mereka mulai sadar dan instrospeksi diri dalam segala aspek kehidupan,
baik di bidang keagamaan, politik, sosial, maupun ekonomi.
Sesungguhnya kebangkitan umat Islam sudah diramalkan
dan dikhawatirkan oleh para ahli bangsa Barat dengan melihat faktor-faktor yang
ada dalam ajaran Islam itu sendiri. Scawen Blunt (1882) misalnya, mengemukakan
empat faktor penyebab kebangkitan Islam, yaitu :
1.
Ibadah haji
(pilgrimage) yang dilakukan kaum muslimin tiap tahun.
2.
Khalifah
(The modern question of the caliphate), ajaran khalifah yang menetapkan
kedaulatan bagi masing-masing negara dan bagi dunia seluruhnya.
3.
Adanya kota
suci Mekah (The holy Mecca) yang setiap tahun dikunjungi oleh beratus-ratus
ribu kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia.
4.
Reformasi
yang menimbulkan kebangkitan Islam.
Keempat faktor tersebut mendorong terciptanya
kebangkitan dunia Islam. Jauh sebelum kebangkitan dunia Islam, Bangsa Eropa
sudah merasa khawatir karena timbulnya ramalan tersebut. Mereka sudah
bersiap-siap menghadapi dunia Islam yang akan bangkit itu. Mereka berusaha
menghancurkan kekuatan khalifah Islam yang saat itu berpusat di Turki. Kerajaan
Turki direbutnya beramai-ramai dalam perang Baikan tahun 1914 - 1918. Turki
dalam masa kemundurannya, tidak mampu menghadapi serangan Eropa. Seluruh daerah
kekuasaannya masuk ke wilayah bangsa Eropa, kecuali hanya negeri Turki sendiri
yang dapat dipertahankan sebagai sebuah negara.
Lathrop Stoddart, seorang
penulis sejarah dari Amerika (1921), lebih meyakinkan lagi kekhawatirannya
terhadap dunia Islam. Setelah Perang Dunia I dan kerajaan Turki telah runtuh,
kekuatan umat Islam terletak pada adanya jamaah haji pada setiap tahun yang
semakin bertambah. Ratusan juta umat Islam dari berbagai negara pada satu saat
berkumpul pada satu tempat. Mereka melakukan ibadah haji dengan penuh kedamaian
dan kesatuan antara umat Islam dari satu negara dengan negara yang lain.
Amir Syakib Arselan dalam bukunya Limaza
Ta'akharal Muslimuna wa Taqaddaman Gairuna berpendapat, kelemahan dan
kemunduran umat Islam karena mereka meninggalkan ajaran-ajaran agama, sedangkan
umat agama lain maju karena menjauhi ajaran-ajaran agama mereka yang menghambat
kemajuan.
Semenjak umat Islam menyadari akan kemundurannya,
timbullah ide pembaruan dalam Islam. Tokoh-tokoh pembaruan dunia Islam lahir
untuk mengajak umat Islam agar sadar, bangkit, dan bangun dari kenyenyakan
tidurnya, serta mengerti bahwa bangsa Barat datang dan menjajah negara Islam
bukan untuk membangun, tetapi sebaliknya. Pada kondisi seperti ini, di Arab
Saudi muncul seorang tokoh pembaruan Islam bernama Muhammad bin Abdul Wahab. Ia
mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran agama yang sebenarnya,
memberantas takhayul dan biddah (sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi
Muhammad saw.). Gerakan ini dikenal dengan nama Gerakan Wahabi.
Tokoh-tokoh
pembaruan Islam dalam masa sebelum abad ke-19 M sebagai berikut:
a) Gerakan Wahabi
Gerakan ini dipelopori oleh Muhamamd bin Abdul Wahab.
Ia lahir di Nejed, Saudi Arabia, tahun 1704. Gerakan ini bertujuan untuk
mengembalikan ajaran-ajaran agama Islam sesuai dengan yang ada dalam AlQur’an
dan hadis serta membersihkannya dari paham-paham yang menyesatkan. Gerakan ini
menentang apa saja yang dipandang biddah dan takhayul. Semua pola pemikiran dan
aliran Muhammad bin Abdul Wahab mendapat dukungan Muhammad bin Su'ud, seorang
kepala suku yang berkuasa di Nejed. Ia ikut menyebarkan ajaran Wahabi dan
membangkitkan kaum muslimin dari satu daerah ke daerah lain. Lambat laun,
ajaran Wahabi tersebar luas ke seluruh pelosok dunia hingga sampai ke Indonesia
yang dibawa oleh ulama-ulama Padri tahun 1821.
b) Tokoh Pembaru Dunia Islam Dari Turki Bernama Sultan
Abdul Hamid I (1725-1789)
Yang memelopori gerakan khilafah yang bertujuau
membina persatuan seluruh dunia Islam dan berada dalam satu khilafah dalam
menghadapi perkembangan bangsa Barat.
c) Syekh Waliyullah (1703-1762)
Awalnya ia adalah seorang pendidik dan pengarang. la
melihat kelemahan umat Islam disebabkan oleh:
ü Perubahan
sistem pemerintah Islam dari kekhalifahan ke sistem kerajaan.
ü Perubahan
dari sistem demokrasi ke sistem otokrasi absolut.
ü Perpecahan
di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh timbulnya aliran-aliran.
ü Masuknya
adat-istiadat dan ajaran bukan Islam ke dalam keyakinan umat Islam.
Terdorong beberapa sebab tersebut, Syekh Waliyullah
menyerukan kembali ke sistem pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Khulafaur
Rasyidin, dengan mengutamakan demokrasi dan kepentingan rakyat dalam
pemerintahan.
Pada abad ke-19 M, semakin bertambah jelas kebangkitan
umat Islam di seluruh pelosok dunia Islam. Gerakan-gerakan pembaruan Islam pada
abad ke-19 M ini adalah sebagai kelanjutan dari abad sebelumnya.
Di antara
pembaru atau mujadid di abad ke-19 M adalah sebagai berikut:
a) Al-Tahtawi ( 1891-1873 )
Nama lengkapnya adalah Rifa'ah Badawi Rafi al-Tahtawi.
Ia mendalami ilmu-ilmu Barat dari sarjana Prancis dan dari pergaulannya dengan
ulama Al-Azhar. Sebagai ulama besar, ia telah menyalin buku-buku Prancis,
seperti buku Montesque, Voltaire, dan Rousseu ke dalam bahasa Arab. la
mendirikan sekolah penerjemah yang meliputi bahasa Arab, Prancis, Turki,
Persia, dan Italia. Buku-buku karangan Al-Tahtawi yang merupakan konsep
pemikirannya adalah sebagai berikut:
a. Takhlis
Ibriz ala Takhlis Paris (Intisari dari Penjelasan tentang Paris). Buku ini
menerangkan kemajuan-kemajuan Eropa, terutama Paris.
b. Manahij
Babil Misriyah fi Manahij Adabil Asriyah (Jalan bagi Orang Mesir Menuju
Sastra Modern). Buku ini menerangkan pentingnya kemajuan ekonomi bagi suatu
negara. Di dalamnya diterangkan perbandingan pemerintahan Islam dengan Eropa.
c. Al-Mursyid
al-Amin li al-Banat wa al-Banin (Petunjuk Pendidikan Putra dan
Putri). Dalam buku ini, Al-Tahtawi menerangkan panjang lebar tentang pendidikan
kepada anak laki-laki dan perempuan. Anak harus diberi pendidikan dasar dan
tidak membeda-bedakan antara lakilaki dan perempuan. Anak perempuan harus ikut
serta dalam pembangunan sesuai dengan martabat dan harkatnya. Umat Islam harus
mempunyai kepribadian dan jiwa cinta tanah air (hubbulwatan). Di sini
Al-Tahtawi menganjurkan rela berkorban untuk membela tanah air.
d. AI-Qaulus
Syadid fi al-Ijtihad wa al-Taqlid (Pendapat Benar tentang Ijtihad
dalam Taklid). Bagi Al-Tahtawi, dalam keterangannya pada buku ini, ijtihad
masih terbuka bagi setiap umat Islam, dan ia menganjurkan para ulama
memperdalam ilmu-ilmu modern agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
b) Jamaluddin Al-Afghani ( 1839-1897 )
la seorang tokoh berkebangsaan Afganistan, lahir di
Assadabad dan wafat di Istambul, Turki. la memiliki kecerdasan yang luar biasa,
pribadinya sangat menarik dan penuh semangat. la banyak memperoleh pengalaman
dalam pengembaraannya ke beberapa negara. Mula-mula ia ke India, kemudian ke
Mesir memberi kuliah, ceramah, dan diskusi kepada kaum intelek di Al-Azhar. Di
antara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaghlul, pimpinan
kemerdekaan Mesir (Wafd) yang mendorong tercapainya kemajuan. Jamaluddin
melanjutkan pengembaraannya ke Paris setelah 8 tahun di Mesir. Di Paris, ia
mendirikan suatu organisasi bernama Al-Urwatul Wusqa, yang anggotanya adalah
orang-orang Islam militan dari India, Mesir, Syiria, dan Afrika Utara.
Organisasi ini bertujuan memperkuat rasa ukhuwah islamiah dan mendorong umat
Islam mencapai kemajuan. Perkumpulan Al-Urwatul Wusqa menerbitkan majalah
Al-Urwatul Wusqa yang berhaluan keras terhadap pemerintah penjajah Barat.
Akhirnya, majalah tersebut dibredel dan tidak boleh beredar di negara Paris.
Pada tahun 1892 Jamaluddin al-Afghani pindah ke
Istambul atas undangan Sultan Abdul Hamid untuk ikut mendirikan pelaksanaan
politik Islam dan menghadapi bangsa Eropa. Saat itu, kerajaan Turki Usmani
dalam keadaan terdesak oleh bangsa Eropa, dan Sultan Abdul Hamid sangat
membutuhkan buah pikiran dan pendapat Jamaluddin al-Afghani. Keinginan Sultan
Abdul Hamid ini gagal karena beliau seorang pemimpin yang diktator, sedangkan
Jamaluddin al-Afghani adalah orang yang mengutamakan demokrasi (musyawarah).
Karena perselisihan pendapat dalam politik pemerintahan, Jamaluddin al-Afghani
ditahan Sultan Abdul Hamid hingga wafat. Selama hayatnya, Jamaluddin lcbih
banyak mengutamakan pembaruan di bidang sosial agama. Meskipun demikian,
perjuangan Jamaluddin dititikberatkan pada perjuangan pembaruan Islam. Karena
pembaruan politik kenegaraan Jamaluddin didasarkan atas pembaruan Islam.
Jamaluddin al-Afghani membentuk gerakan Pan-Islamisme
yang berpusat di Kabul, Afghanistan. Pergerakan ini menghendaki kemajuan umat
Islam dengan jalan mempergunakan aliran pikiran modern dan menghendaki
persatuan umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam pusat, seperti pada zaman
khalifah dahulu. Gerakan Pan-Islamisme sangat revolusionir dan anti penjajah.
Pemerintahan yang absolut dan penjajahan bangsa asing harus dapat dilenyapkan
dari bumi. Kemajuan umat Islam tidak akan berhasil bila semua hal tersebut
masih hidup subur. Karena itu, Jamaluddin al-Afghani dalam Pan-Islamisme
membangkitkan rasa ukhuwah islamiah seluruh dunia. Pemikiran dan ide Jamaluddin
banyak memengaruhi murid-muridnya yang juga sebagai penerus dan penyebar
Pan-Islamisme.
c) Muhammad Abduh ( 1849-1905 )
la putra Mesir dari kalangan petani miskin. Ketika
masih menyelesaikan belajarnya di Universitas Al-Azhar Mesir, ia bertemu dengan
tokoh dan penggerak Pan-Islamisme, Jamaluddin al-Afghani yang kebetulan menetap
di Mesir selama 8 tahun. Sebagai tokoh gerakan Pan-lslamisme dan murid
Jamaluddin, mereka menduduki jabatan-jabatan penting. la diusir dari Mesir
bersama Jamaluddin karena terlibat dalam revolusi Urabi Pasya. Dari Mesir,
mereka menuju Paris. Di sana mereka mendirikan organisasi dan menerbitkan
majalah Al-Urwatul Wusqa. Setelah beberapa tahun menetap di Paris, ia
diperbolehkan pulang ke Mesir dan kemudian diangkat menjadi rektor Universitas
Al-Azhar. Sebagai pimpinan Universitas AlAzhar, ia mengadakan perombakan dan
perbaikan-perbaikan, yaitu memasukkan mata kuliah Filsafat Islam yang masih
dianggap tabu dan mengubah metode pengajarannya.
Muhammad Abduh sangat tidak cocok dengan paham jumud
yang berarti statis (beku) yang menghambat kemajuan. Umat Islam selamanya tidak
akan maju bila masih berpegang teguh pada paham jumud. Menurut pengamatan
Muhammad Abduh, paham jumud dibawa oleh orang-orang luar Arab untuk dapat
menduduki puncak politik di dunia Islam. Adat istiadat dan paham animisme dan
dinamisme mereka bawa ke dunia Islam dan memengaruhi kaum muslimin yang menjadi
rakyatnya. Muhammad Abduh sangat gigih memberantas segala yang dianggap biddah.
la mendengungkan semboyan "kembali kepada AlQur’an dan hadis" dan
mengembangkan paham dan haluannya ke seluruh dunia Islam. Menurutnya, umat
Islam harus kembali ke paham salaf yang murni, sebagaimana pada zaman sahabat
dan ulama-ulama besar. la mempunyai konsep perjuangan bahwa hanya dengan
mencerdaskan serta meningkatkan pengetahuan, rakyat Mesir dapat mencapai
kemerdekaan yang sebenarnya. la menerbitkan majalah AlManar di Mesir dan
menjabat sebagai mufti besar hingga akhir hayatnya.
d) Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935)
Tokoh ini lahir di Al-Qalamun, Lebanon. la belajar
kepada seorang guru, yaitu Syekh Husein Al-Jasr, mufti besar Tripoli. Kemudian
tahun 1898 ia pindah ke Mesir, berguru kepada Muhammad Abduh. Di Mesir, bersama
Muhammad Abduh menerbitkan majalah Al-Manar yang bertujuan sama dengan
Al-Urwatul Wusqa di Paris. Di dalam majalah tersebut, Muhammad Abduh dan Muhamad
Rasyid Ridha menuangkan sistem pembaruan atau tajdid di bidang agama, sosial,
ekonomi, dan memberantas biddah serta meningkatkan mutu pendidikan dan membela
kaum muslimin terhadap permainan politik negara-negara Barat.
Di bidang pendidikan, ia mendirikan sekolah dengan
nama Madrasah ad-Dakwah wa al-Irsyad di Kairo, pada tahun 1912 M. Para alumni
madrasah ini disebarkan ke berbagai dunia Islam. Muhammad Rasyid Ridha sebagai
penggerak pembaruan Islam masih condong pada ajaran-ajaran Ibnu Taimiyah. la sebagai
penyokong aliran Wahabi karena aliran tersebut bertujuan mengembalikan ajaran
Islam kepada AlQur’an dan hadis. Akan tetapi, ia tidak memberikan takwil atau
tafsir terhadap ayat-ayat antropomorphisme (ayat-ayat tajsim) dan lebih suka
mengartikan apa adanya. Menurutnya, Allah mempunyai wajah, tangan, mata, dan
dapat duduk seperti manusia. Buah karangannya yang terkenal adalah Risalah
at-Tauhid yang berisi tentang pemurnian tauhid.
e) Sultan Mahmud II dari Turki ( 1785-1839)
la lebih menitikberatkan pada pembinaan di bidang
militer. Melihat kerajaan dalam kelemahan, ia membentuk korps baru yang dilatih
oleh pelatih dari Eropa. la lebih bersikap demokratis dan menghapus adat
istiadat yang mengganggu serta mengurangi hak-hak kaum bangsawan. Sebagai kelanjutan
pembaruan Sultan Muhammad II, muncul usaha untuk mengatur, menyusun, dan
memperbaiki peraturan dan perundang-undangan sesuai dengan tuntutan pembaruan.
Usaha ini dipelopori oleh Mustafa Rasyid Pasya, kelahiran Istambul pada tahun
1800.
Menurut pendapatnya, kemajuan Eropa disebabkan karena
tidak terlalu terikat dengan adat istiadat agama. Tokoh lainnya ialah Mehmed
Sadik Ri'at (1807-1856). la diangkat menjadi pembantu Menteri Luar Negeri tahun
1834, menjadi Duta Besar di Wina, Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, dan
akhirnya menjadi dewan Tanzimat, yaitu dewan yang mengatur dan menyusun serta
memperbaiki peraturan dan perundangundangan yang sesuai dengan tuntutan
pembaruan.
Pokok-pokok pikiran Sultan Mahmud II adalah bahwa
kemajuan dapat diwujudkan apabila dalam suasana damai dan senantiasa menjalin
hubungan baik dengan Eropa. Kemakmuran negara tidak akan dapat tercapai selama
bentuk pemerintahan masih bersifat absolut. Pemerintahan yang sewenangwenang
menyebabkan rakyat tidak merasa tenteram, produktivitas menurun, dan korupsi
merajalela yang dapat menjatuhkan negara. Semua itu, menjadi penyebab
kemunduran kerajaan Usmani. Maka, sebagai Plan keluarnya, dibuatlah
undang-undang dan berbagai peraturan untuk menjamin pembaruan di segala bidang,
seperti Dewan Hukum (Majelis Ahkamiladil) dan ditetapkan hukum pidana sipil. Di
bidang pemerintahan dibentuk semacam DPR atau badan legislatif dan di bidang
keuangan didirikan Bank Usmani.
Dibentuk pula Departemen Pendidikan dengan sistem
Eropa, dikeluarkannya piagam baru yang memberi peluang lebih luas bagi bangsa
Eropa, kebebasan beragama, dan kesamaan hak antara bangsa Eropa dan pribumi
dalam segala hal. Konsep ini ditentukan oleh pemikir lainnya, seperti Nanik
Kamal (1840-1880), murid Ibrahim Sanusi (1826-1871), dan Ziya Pasya
(1825-1880).
Nanik Kamal dan Ziya Pasya tidak menerima semua ide
Barat, tetapi disesuaikan dan dikembalikan dengan ajaran-ajaran Islam. Pola
pemikirannya harus me.ngindahkan dan mengutamakan ajaran-ajaran Islam daripada
ajaran bangsa Barat.
f) Sayyid Ahnzad Kahn ( 1817-1898 )
la lahir di Delhi tahun 1817 sebagai putra seorang
bangsawan. Sayyid Ahmad Khan adalah pelopor gerakan modernisme dalam Islam,
yaitu sebagai kelanjutan gerakan mujahidin yang didirikan oleh Syekh Waliyullah
ad-Dahlawi. Bangsa Inggris memberi gelar "Sir" karena jasanya
menyelamatkan orang-orang Inggris ketika terjadi pemberontakan pada tahun 1857.
Pola pemikirannya adalah umat Islam India harus
bekerja sama dengan Inggris yang saat itu masih memegang kekuasaan penuh di
India. Umat Islam India menentang pemerintah Inggris yang akan membuat
kehancuran dan kemunduran dan akhirnya akan membuat umat Islam ketinggalan dari
masyarakat Hindu. Umat Islam harus mampu mengatasi kelemahan-kelemahannya
dengan mempelajari ilmu-ilmu teknologi dari Barat termasuk Inggris.
Siasat Sayyid Ahmad Khan terhadap Inggris adalah
berusaha menghilangkan kecurigaan Inggris terhadap umat Islam India. la
menganjurkan kepada Inggris agar tidak ikut mencampuri urusan agama rakyat
India dan agar membendung misi Kristenisasi.
Sayyid Ahmad Khan mendirikan sekolah Muhamntaden Anglo
Oriental College (MAOC) pada tahun 1878. Berdirinya sekolah tersebut
membangkitkan umat Islam India dan Pakistan sampai sekarang. la mendirikan juga
Muhammaden Education Conference
pada tahun 1886. Sikapnya yang radikal membuat
kawan-kawannya atau tokoh-tokoh pembaru lainnya banyak yang menentang. Salah
satunya adalah Jamaluddin al-Afghani yang menentang dalam bukunya Ar-Radd ala
ad-Dahriyyin (Jawaban bagi kaum Materialis). Sekolah MAOC yang bcrbaur dengan
Inggris mendapat tantangan dari sana sini. Lawan-lawannya telah menganggap
kafir. Tetapi, semua itu tidak dihiraukan oleh Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Ahmad
Khan beserta kawan-kawannya mendirikan sebuah Universitas Islam Aligarh,
sebagai pusat gerakan pembaruan Islam India. Aligarh menjadi penggerak utama
terwujudnya pembaruan di kalangan umat Islam India, yang menyebabkan umat Islam
India bangkit menuju kemajuan.
g) Muhammad Iqbal
la seorang tokoh pembaru Islam kelahiran Punjab yang
memperoleh gelar MA di Lahore. la melanjutkan studinya ke Universitas Cambridge
Inggris, tahun 1905 dan mendalami filsafat.
Memperoleh gelar Ph.D (Philosophi Doctor) dalam
tasawuf dari Universitas Munich, Jerman, dengan disertasinya The Development of
Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Akhirnya, ia kembali
ke Lahore tahun 1908 sebagai pengacara dan dosen filsafat.
Hasil-hasil ceramahnya di berbagai universitas di
India dibukukan dengan judul The Reconstruction of Religius Though in Islam
(Membangun kembali Pikiran-Pikiran Agama dalam Islam).
Pada tahun 1938, ia menjabat presiden liga muslim.
Menurut pendapatnya, kemunduran umat Islam disebabkan beku dalam berpikir yang
sematamata memcntingkan urusan agama dan tidak menghiraukan urusan dunia.
Di samping sebagai pembaru, ia adalah seorang filosof
dan penyair Islam modern yang terbesar.
B.
Hikmah
Sejarah Perkembangan Islam di Dunia
Ada beberapa manfaat dari sejarah perkembangan Islam
di dunia khusunya dalam bidang pemikiran umat islam di antaranya:
1.
Memacu
semangat umat Islam untuk bangkit dari keterpurukan yang disebkan oleh
penjajahan bangsa Barat yang mengakibatkan kemunduran peradaban Islam.
2.
Kembali
kepada Al-Quran dan hadis serta meninggalkan bid’ah dan khurafat. Karena
berkembanganya bid’ah dan khufarat menyebabkan timbulnya aliran-aliran sesat.
3.
Umat Islam
harus sadar dan mengintrospeksi diri, meneliti diri dalam segala aspek
kehidupan, baik di bidang keagamaan, politik, sosial, ekonomi dan lainnya, agar
tidak tertinggal dari bangsa Barat.
4.
Tidak
menelan mentah-mentah ajaran bangsa Barat, karena pada hakikatnya mereka ingin
menghancurkan umat Islam dan bukan untuk membangunnya.